Terselip namamu..
diantara berisik bisik angin dan canda rumput ilalang..
menggetarkan gendang telingaku..
yang semula nampak tuli,tak pernah mendengar keindahan...
Aku tak pernah menduga..
namamu yang akan terukir dalam,diantara denyut nadiku...
aku pun baru menyadari...
kalau di setiap hembus nafasku...
tercium wangi namamu..
Kenapa tidak dari dulu aku tahu..
sementara kini,
aku harus memungut serpihan-serpihan luka yang tercecer..
diatas setapak yang searah dengan arah panah asmaramu..
Andai aku bisa mengelak...
aku ingin terbang jauh tuk melupakanmu...
tapi aku tak bisa...
karena sayap-sayap ini pun telah terenggut olehmu..
Kini,hanya sang penguasa dan waktu yang tahu..
kearah mana aku akan berpijak..
karena tubuhku sudah tak berdaya...
lemah....
dan rapuh....
Puisi
|
This entry was posted on 11:30 PM and is filed under
Puisi
. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
0 comments: